Kochimuitte


^-^v

Sabtu, 30 Oktober 2010

SAYA DAN MASJID MBAH MARIDJAN

Tanggal 26 Oktober 2010 lalu Merapi mulai menumpahkan awan panasnya. Wedhus gembel kata orang sekitar sana. Jujur saja kala itu terjadi saya tengah mengerjakan tugas jadi saya termasuk kedalam orang yang 'telat' tau bahwa sore itu Merapi sudah muntah-muntah.
Esoknya saya searching di internet tentang kondisi Merapi (ga mau ketinggalan berita dong!!) dan di semua situs santer memberitakan tentang Mbah Maridjan. Ada yang bilang kalau bintang iklan salah satu minuman penambah energi itu masih hidup dan ada juga yang bilang bahwa simbah (Mbah Maridjan) ditemukan tewas di rumahnya bersama belasan lainnya. Yang terakhir terbukti benar.
Hati saya terenyuh saat membaca salah satu berita, di sana tertulis bahwa masjid yang dibangun oleh simbah, yang menggunakan uang hasil menjadi model iklan, telah hancur diterjang awan panas. Masih lekat dalam ingatan saya tentang masjid itu. Saya memang pernah ke sana, tahun lalu, ketika saya menjadi panitia makrab salah satu organisasi kampus. Kala itu kami bahkan menginap di pendopo samping rumah simbah. Melihat sendiri seperti apa sosok Mbah Maridjan (tidak hanya lewat TV), ketika itu beliau, dengan bahasa kromo inggilnya, bahkan sempat menasehati kami agar mengumpulkan sampah yang tercecer dan dibuang ke tempat sampah. Dan satu hal yang saya amati, simbah memakai baju batik.
Masih teringat saya akan masjid yang tidak terlalu besar namun apik itu. Terasnya kotor oleh jejak-jejak sandal kami yang penuh tanah dan lumpur karena saat itu sedang musim hujan (kalau tidak salah, dulu juga di bulan Oktober).
Rasanya sedih mengetahui bahwa tempat yang dulu pernah saya sambangi sekarang sudah tidak ada lagi. Meski (katanya) dari pihak produsen minuman yang diiklankan simbah mengatakan akan membangun kembali rumah dan masjid simbah tapi pasti rasanya tak akan sama, apalagi karena kini tidak ada lagi simbah. Saya seperti memiliki perasaan memiliki terhadap masjid itu, yaaahh....bukan memiliki seperti masjid itu seolah-olah milik saya, tapi memiliki karena dulu saya paling tidak, pernah menginjak lantainya yang berkeramik putih itu.
Dan bila suatu hari saya diminta untuk kembali menginap di tempat yang sama seperti saat saya makrab dulu maka akan dua pilihan, pertama saya akan menjawa "Ogah!! Ngeri gue!!" atau yang kedua saya akan mundur dari kepanitiaan...hehe...(tapi masih saya pertimbangkanlah...yang jelas tidak dalam waktu dekat ini lahhh....)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar